ASUHAN KEBIDANAN KOMUNITAS KOMPREHENSIF PADA KELUARGA TN “J” DENGAN SALAH SATU ANGGOTA KELUARGA AN”M” DENGAN DIARE
2.1 Pengertian
Diare adalah buang air besar (Defekasi) dengan tinja berbentuk cairan atau setengah cairan, dengan demikian kandungan air pada tinja lebih banyak dari keadaan normal yakni 100-200 ml sekali defekasi (Hendrawanto, 2007).
Diare merupakan suatu keadaan terjadinya imflamasi mukosa lambung atau usus (C.L Betz & L.A Suwden, 2009). Menurut WHO 2008, diare adalah buang air besar encer atau cair lebih dari tiga kali sehari. Diare ialah keadaan frekuensi buang air besar lebih dari 4 kali pada bayi dan lebih dari 3 kali pada anak dengan konsis tensi feses encer, dapat berwarna hijau atau dapat bercampur lendir dan darah (Ngastiyah, 2006).
2.2 Etiologi
1. Faktor infeksi
• Infeksi enterel
Infeksi saluran pencernaan yang merupakan penyebab utama diare, meliputi infeksi bakteri (Vibrio, E.coli, salmonella, shigella, compylobacter, yersinia, aeromanas, dsb). Infeksi virus (endovirus, adenovirus, rotavirus, astovirus, dll). Infeksi parasit (E.hystolytica, G.lambia, T.hominis) dan jamur (C.albicans).
• Infeksi parenteral
Merupakan infeksi diluar sitem pencernaan yang dapat menimbulkan diare seperti OMA, tonsilitis, bronkopneumonia, ensofalitis, dan sebagainya.
2. Faktor malabrorbsi
Malabsorbsi karbohidrat yakni disakarida (intoleransi laktosa, maltosa, dan sikrosa), monosakarida (intoleransi alukosa, fruktosa dan galaktosa). Intoleransi laktosa merupakan penyebab diare yang terpenting pada bayi dan anak. Disamping itu dapat pula terjadi malabsorbsi lemak dan protein.
3. Faktor makanan
Diare dapat terjadi karena mengkonsumsi makanan besi, beracun, dan alergi terhadap jenis makanan tertentu.
4. Faktor psikologis
Diare dapat terjadi karena faktor psikologis (rasa takut dan cemas).
2.3 Patofisiologi
Mekanisme dasar yang menyebabkan timbulnya diare ialah :
1. Gangguan osmotik
Adanya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan osmotik dalam lumen usus meningkat sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit kedalam lumen usus. Isi rongga usus yang berlebihan akan merangsang usus untuk mengeluarkannya sehingga timbul diare.
2. Gangguan sekresi
Akibat rangsangan tertentu (misalnya toksin) pada dinding usus akan terjadi peningkatan sekresi air dan elektrolit kedalam usus dan selanjutnya timbul diare karena peningkatan isi lumen usus.
3. Gangguan motilitas usus
Hiperperistaltik akan menyebabkan berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap makanan sehingga timbul diare. Sebaliknya bila paristaltik usus menurun akan mengakibatkan bakteri tumbuh berlebihan, selanjutnya dapat timbul diare pula.
2.4 Manifestasi klinis
Diare akut karena infeksi dapat disertai muntah-muntah, demam, tenesmus, trematoschezia, nyeri perut dan atau kejang perut. Akibat paling fatal dari diare yang lama tanpa rehidrasi yang adekuat adalah kematian akibat dehidrasi yang menimbulan renjatan hipovolemik atau gangguan biokimia berupa asidosis metabolik yang berlanjut. Seseorang yang kekurangan cairan akan mersana haus, berat badan berkurang, mata cekuns, lidah kering, tulang pipi tampak menonjo, turgor kulit menurun serta suara menjadi serak, keluhan dan gejala ini disebabkan oleh deplesi air yang isotonik.
Karena kehilangan bikarbonat (HCO3) maka perbandingannya dengan asam karbonat berkurang, mengakibatkan penurunan PH darah yang merangsang pusat pernapasan sehingga frekuensi pernapasan meningkat lebih dalam (pernapasan kusmaul).
Gangguan kardiovaskuler pada tahap hipovolemik yang berat dapat terjadi berupa renjatan dengan tanda-tanda denyut nadi cepat (>120x/mnit), tekanan darah menurun sampai tidak terukur, pasien mulai gelsah, muka pucat, akral dingin dan kadang-kadang sianosis karena kekurangan kalium. Pada diare akut juga dapat timbul aritmia jantung, penurunan tekanan darah akan menyebabkan perfusi ginjal menurun sampai timbul diguria/anuria. Bila keadaan ini tidak segera diatasi akan timbul penyulit nekrosis tubulus ginjal akut yang berarti suatu keadaan gagal ginjal akut.
2.5 Penatalaksanaan
1. Rehidrasi sebagai prioritas utama terapi
2. Tata kerja terarah untuk mengidentifikasi penyebab infeksi
3. Memberi terapi simtomatik
4. Memberikan terapi definitik
Posted by 4:20 PM and have
0
comments
, Published at
No comments:
Post a Comment